GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU “SEBELUM CAHAYA” GRUP BAND LETTO DAN PEMANFAATANYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA N 1 SLEMAN

GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU “SEBELUM CAHAYA” GRUP BAND LETTO DAN PEMANFAATANYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA N 1 SLEMAN
http://2.bp.blogspot.com/-cmzX_6RrTMo/ULc-UK41JII/AAAAAAAAAKM/F9OYcl-Zam8/s72-c/letto.png



Disusun Sebagai Tugas Akhir Matakuliah Menulis Karya Ilmiah


Disusun oleh
Kurniawan restu P.
09003306
H


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012

BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Hakikat Sastra pada dasarnya adalah segala apa yang ditulis dalam peradaban atau kebudayaan suatu bangsa. Sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bangsa. Sastra selalu merekam kehidupan manusia. Sastra merangsang hati dan perasaan kita terhadap kemanusiaan, kehidupan dan alam sekitar. Kehidupan merupakan jantung sastra. Sastra menjadikan hati kita memahami dan menghayati kehidupan. Sastra bukan merumuskan dan mengabstrakan kehidupan tetapi menampilkan dan mengkongkritkanya. Interaksi budaya yang terjadi di suatu negeri tidak terlepas kajian sastra.“Apabila karya sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja pengajaran sastra tidak ada gunanya lagi diadakan. Namun jika dapat ditunjukan bahwa sastra itu mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus dipandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat selayaknya” (Rahamanto, 1988:15)
 gaya bahasa (keraf, 1994: 113) adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang. Stile pada hakekatnya merupakan teknik yakni teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan disampaikanatau diungkapkan. Stilistika berasal dari Bahasa Inggris yaitu “Style” yang berarti gaya dan dari bahasa serapan “linguistic” yang berarti tata bahasa. Dalam konteks yang lebih luas, bahkan Jakobson dalam Amminuddin (1995::21) beranggapan bahwa poetics (puitika) sebagai teori tentang system dan kaidah teks sastra sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Linguistic. Stilistika adalah mana lain dari istilah “gaya bahasa”. Lebih khusus lagi, gaya bahasa yang dimaksud adalah penggunaan bahasa dalam karya sastra. Pengertian ini dipertentangkan dengan penggunaan bahasa biasa diluar karya sastra. Penggunaan bahasa diluar karya sastra (Atmazaki, 1990:93)dikenal dengan antara lain: gaya bahasa Koran, gaya bahasa formal, gaya bahasa keilmuan, gaya bahasa pejabat, gaya bahasa humor, gaya bahasa percakapan. Dari hal tersebut,penelitian berusaha menganalisis lagu dari group band letto tentang gaya bahasa yang digunakan dalam lagu-lagu letto yang syarat akan gaya bahasa indah pada lagu-lagu dari letto,menarik untuk dianalisis dan dijadikan pembelajaran dalam pendindidikan terutama sastra. Karena gaya bahasa merupakan bahasa yang digunakan untuk memper indah suatu kalimat yang menyampaikan tentang sebuah amanat. Pada lirik lagu letto hamper seperti puisi atau bahkan itu sebuah puisi yang dibuat lagu. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10). Dari beberapa hal yang telah disebut  diatas, maka penelitian ini untuk menganalisis gaya bahasa ytang terdapat pada lagu=lagu group band Letto yang banyak terdapat bahasa kias seperti puisi, dari analisis yang akan dibuat ini juga bertujuan sebagai pembelajaran sastra di SMA dalam penggunaan gaya bahasa.

B.     Identifikasi Masalah
1.      Wujud gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto
2.      Jenis  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
3.      Fungsi  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
4.      Peran  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
5.      Pemanfaatan  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto sebagai pengajaran sastra di SMA N 1 SLEMAN.

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa saja jenis  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto?
2.      Apa fungsi  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto?
3.      Bagaimana pemanfaatan  gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto sebagai pengajaran sastra di SMA N 1 SLEMAN?
D.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah, sasaran, maksud, atau hasil yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.            Mengetahui gambaran dan kejelasan dari gaya bahasa yang dipakai dalam lirik .    lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
2.            Mengetahui hasil analisis penggunaan gaya bahasa pada lirik lagu”sebelum .  cahaya group band Letto.
3.            Mengetahui sejauh mana hasil analisis gaya bahasa pada lirik lagu”sebelum cahaya” grup band Letto bermanfaat pada Proses pembelajaran sastra di SMA N 1 SLEMAN.
E.     Manfaat Penelitian
Manfaat hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut:
                        1. Secara teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan pembelajaran penggunaan gaya bahasa yang lebih kreatif dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan dunia sastra Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran apresiasi sastra.

          2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:
a. Siswa
Memperoleh pembelajaran penggunaan gaya bahasa terhadap lirik lagu, serta dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya-karya sastra termasuk lagu.
b. Guru
Khususnya Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai informasi pentingnya menerapkan penggunaan gaya bahasa yang bisa diterapkan pada bidang apa saja termasuk lagu, dan upaya peningkatan kreativitas siswa dalam penggunaan gaya bahasa.
d. Penyusun
Memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang pendidikan khususnya bahasa dan sastra Indonesia.










Kajian Pustaka

A.    Hakikat Stilistika
            Pembicaraan mengenai stilistika berhubungan erat dengan istilah gaya bahasa atau style. Menurut Ratna (2009 : 3) stilistika adalah ilmu tetang gaya, sedangkan style adalah cara-cara khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal.
            Stilistika menyarankan pada pengertian studi tentang sile, yaitu kajian terhadapa wujud performansi kebahasaan yang terdapa di dalam karya sastra. Kajian ini dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang pada umumnya dalam dunia kesusastraan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistic dan maknanya(Nurgiyantoro,2007:279).
            Pengkajian retorika bertujuan untuk mengetahui penggunaan semua unsure bahasa yang digunakan pengarang untuk mencapain nilai estetika. Pengkaijian sastra retorika merupakan pengkajian yang komplek karena didasarkan pada kemampuan pengaran yang mendayagunakan semua unsdur bahasa terutama nilai keindahannya.
B.     Hakikat Puisi
Puisi berasal dari bahasa yunani poiesis, artinya penciptaan. Dalam bahasa oinggris kata puisi adalah Poetry yang erat hubungannya dengan poet dan kata poem. Kata poet dalam bahasa yunani berarti orang yang menciptakan melalui imajinasinya(tarigan, 198: 55). Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan pernyataan yang paling inti. Segala unsure seni kesusastraan mengentakl dalam puisi. Puisi adalah salah satu karya sastra yang merupakan ungkapan perasaan jiwa manusia (kinayati, 2001: 75). Pada dasarnya keutuhan pengertian tidak lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaitu karangan atau tulisdan yang indah  mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis.
Hakikat puisi bukan terletak pada bentuk formalnya meskipun bentuk formal itu penting. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi baru tidak terikat pada bentuk formal, tetapi juga disebut puisi. Hal ini disebabkan  didalama puisi modern terkandung hakikat puisi, yang tidak berupa sajak, humlah baris, ataupun jumlah kata tiap barisnya(Pradopo, 2005: 315)
Puisi sebagai salah satu bentuk karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsure-unsurnya, mengingat puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsure dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengoingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudt kesejarahannya, bahwa sepanjang sejarahnya, sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Hali ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi  dan pembaharuan(teeuw:1980: 12). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikanya(riffaterre dalam pradopo, 2005).
C.    Bahasa kiasan dan Citraan
Menurut Jabrohim (2003:11) bahasa puisi bersifat ekspresif, asosiatif, dan magis. Ekpresif maksudnya setiap bunyi yang dipilih, setiap kata yang dipilih, dan setiap metaphor yang dipergunakan haru sberfungsi bagi kepentingan ekspresif maupun penjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesdan yang kuat. Sugestif maksudnya bersifat menyarankan dan mempengaruhi pembaca secara menyenangkan dan tidak secara memaksa. Asosiatif maksudnya mampu membangkitkan  pikiran dan perasaan yang merembet tetapi masih berkisar di seputar makna konvensionalnya atau makna konotatifnya yang sudah lazim. Bersifat magis maksudnya bahwa puisi seolah-olah mempunyai kekuatan di dalamnya.
1.      Bahasa Kiasan
Bahasakiasan adalah teknik pengungkapan bahasa yang maknanya telah merujuk secara langsung terhadap objek yang dituju. Bahasa kiasan cenderung lebih menampilkan makna tersirat sehingga menangkap pesan yang dilakukan melalui penafsiran terlebih dahulu. Penggunaan bentuk-bentuk bahasa kiasan dalam kesastraan dengan demikian merupakan salah satu penyimpangan kebahasaan, yaitu penyimpangan makna( Nurgiyantoro, 2007: 296).
            Untuk mendapatkan kepuitisan sebuah karya sastra yang berupa puisi, maka unsure kepuitisannya terletak pada bahasa kiasan. Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Ada berbagai gaya pemajasan yang sering muncul. Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis bahasa kiasan tersebut.
a.       Hiperbola merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
b.      Iuendo merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung..
c.       Ironi merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
d.      Klimaks merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan dengan mengurutkan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
e.       Litotes merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya.
f.       Metafora merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan.
g.      Metonimia merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda tersebut.
h.      Paradox merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
i.        Pararelisme merupakan suatu cara berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang mempunyai makna sama atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud yang terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
j.        Personifikasi biasa disebut juga pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan menjadikan benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia. Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati denagn memberinya sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia.
k.      Repetisi atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut.
l.        Sinekdose, merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atu sebaliknya. Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan sebagian saja).
2. Citraan
            Citraan ini adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedang setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji(Pradopo, 2007:79). Penggunaan citraan dalam karya sastra dimaksudkan untuk mengkongkretkan pengungkana gagasan yang sebenarnya abstrak. Kata=kata atau ungkapan yang digunakan diharapkan dapat membangkitkan imajinasi pembaca. Pembaca seolah-olah mengalami peristiwa di dalam cerita. Citraan dapat menolong pembaca untuk merasakan pengfalaman pengarang terhadapa objek atau situasi yang dialaminya seakan=akan sedekat dengan kehidupan sendiri. Berikut ini jenis-jenis citraan tersebut.
a.       Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
b.      Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
c.       Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
d.      Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
e.       Citraan pengecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat.

f.       Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
            Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
D.    Penelitian yang Relevan
            Penelitian terdahulu yang pernah diteliti sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh fitriani pada tahun 2006, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan dengan judul penelitian “gaya bahasa pada lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals” Dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yaitu (1)penggunaan majas dalam pembuatan lirik lagu (2) frekuensi penggunaan majas dan citraan pada lirik lagu iwan fals.
            Metode penelitian dalam penelitian ini terdiri dari (1) subjek dalam penelitian ini adalah penggunaan gaya bahasa pada lagu Iwan Fals; (2) metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik mendengarkan, baca, dan catat.          Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut penggunaan majas hiperbola (15,5%), majas ironi(25,4), majas metafora(16,5%), majas metonimia (14%), citraan penglihatan (12%), citraan pendengaran (7,6%).
Dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan, persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas terletak pada subjek penelitian yaitu Gaya bahasa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fitriani terletak pada objek penelitian. Objek penelitian Fitriani yaitu penggunaan majas dan citraan pada lagu iwan fals sedangkan penelitian ini pada struktur gaya bahasa pada lagu grup Band Letto.
BAB III
Metode Penelitian

A.    Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan suatu kumpulan yang anggota-anggotanya berwujud orang, kejadian, atau benda(arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah lirik lagu yang berjudul “sebelum cahaya” dalam album band letto.
B.     Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti(arikunto, 2006:131). Dengan kata lain sampel merupakan anggota-anggota dari populasi. Tujuan pengambilan sampel adalah memperoleh keterangan mengenai objek dengan jalan hanya mengamati sebagian saja dari populasi. Pengambilan sampel berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
            Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis purposive sampel, yaitu sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukjan didasarkan atas srata, random, atau daerah. Tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel berdasarkan jenis ini harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
1.      Pengambilan sampel harus didasarkan atas cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.
2.      Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi
3.      Penentuan karakteristik  populasi dilakukan cermat di dalam studi pendahuluan.

Keuntungan pengambilan sampel menggunakan teknik ini yaitu terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variable yang diteliti_arikunto, 2006:140).
Adapun sampel yang diambil adalah lirik lagu yang mengandung cirri-ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian. Diantaranya yaitu:
a.       Lirik lagu banyak menggunakan bahasa kiasaan
b.      Lirik lagu mengandung gaya bahasa yang berkaraktek
c.       Lirik lagu mirip seperti puisi yang kaya akan gaya bahasa
Dari beberapa lirik lagu dari grup band letto dapat di temukan satu judul lagu yang berjudul “sebelum cahaya” .
C.    Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adlah cara-cara yang ditemnpuh untuk memperoleh data, metode pengumpulan data  pada hakikatnya disesuaikan engan jenis penelitian yang akan dilaksanakan(arikunto, 2006:149). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah, metode mendengarkan, baca, dan catat.
Metode mendengarkan, baca dan catat merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan jalan mendengarkan lagu, membaca teks lagu lalu mencatatnya.
D.    Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode(arikunto, 2006:149). Istrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data ini dilengkapi dengan kode atau kategori penanda bahasa kiasaan dan citraan.
E.     Metode Analisis Data
Metode analisis datra teapt digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif, yaitu teknik yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data-data kualitatif yang diperoleh melalui suatu studi deskriptif. Pada umumnya penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu meryumuskan hipotesis(Moleong, 2007:248).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis adalah sebagai berikut.
1.      Mengumpulkan data yang sesuai.
2.      Mengklasifikasi data sesuai dengan kebutuhan.
3.      Menganalisis data dengan ori atau konsep bahasa kiasan dan pencitraan.
4.      Mengunmpulkan hasil analisis menjadi hasil penelitian.
5.      Memahami sesuai koteks.
           

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR UNTUK MENUNJANG KEMAJUAN BLOG INI. TRIMAKASIH

 
Support : Creating Website | Pendidikan Budaya | Kuniawan Restu Pambudi
Copyright © 2013. PENDIDIKAN BUDAYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Pendidikan Budaya
Proudly powered by Blogger