PENELITIAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

PENELITIAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA
http://1.bp.blogspot.com/-khS5aWSes8Y/Ur0CkbGQW7I/AAAAAAAAAO0/2Esd66kIrxU/s72-c/padang+bulan.jpg
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Penelitian yang Relevan
                 Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata merupakan novel popular dan sudah beberapa kali diteliti. Suatu penelitian tentu membutuhkan penelitian relevan, yaitu penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis menemukan sebuah penelitian yang sama-sama membahas tentang nilai akhlak, adapun penelitian yang membahas novel padang bulan dan nilai akhlak.
1.      Penelitian dengan judul “Kepribadian Tokoh utama dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata (sebuah tinjauan Psikologi sastra)” oleh Resti Senja Purwana 2007 ( skripsi UAD, 2011). Kesimpulan dari penelitiannya sebagai berikut. (1) kepribadian introvert tokoh utama dalam novel Padang Bulan ciri kepribadian introvert tokoh utama (Enong) yang paling dominan adalah kurang dapat menarik hati orang lain. Dengan kepribadian kurang dapat menarik perhatian orang lain yang menunjukan harga diri, tidak berkecil hati, semangat, dan tanggung jawab. (2) kepribadian ekstrovert yang tercermin pada tokoh utama dalam novel Padang Bulan. Dapat diketahui bahwa tokoh Enong memiliki kepribadian ekstrovert yang paling domina adalah hati terbuka. Dengan kepribadian hati terbuka yang menunjukan Enong menyadari kemiskinan dari keluarganya, keyakinan, menyangkal kenyataan, tanpa hasil, harga diri, dan keyakinan. (3) penyelesaian konflik tokoh utama dalam novel Padang Bulan digolongkan dua tipe yaitu eksternal dan internal ada Sembilan peristiwa. Penyelesaian konflik eksternal yaitu 1) kemiskinan, 2) keyakinan, 3) masalah buruk, 4) hargadiri, 5) kecewa, 6) disepelekan, 7)kecurangan, 8) kesal. Penyelesaian konflik internal yaitu 1) prestasi, 2) tanggung jawab, 3) kejutan yang menyemangatkan, 4) harga diri, 5) pantang enyerah, 6) trauma, 7) sadar diri, 8) tidak peduli, 9) kecemasan.
2.      Penelitian dari Eling Hidayati mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (skripsi uad, 2012) dengan judul Nilai-nilai akhlaq dalam novel Ajari Aku Menuju Arsy’ Karya Wahyu Sujani (Sebuah Kajian Pragmatik). Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikutL (1) Jenis nilai Akhlaq dalam novel Ajari Aku Menuju Arsy’ Karya Wahyu Sujani terdiri dari (a) jenis nilai akhlaq pribadi dalam novel Ajari Aku Menuju Arsy’ Karya Wahyu Sujani meliputi jujur, amanah, teguh pendirian, bekerja keras, berani,  rendah hati, malu sabar, dan pemaaf, (b) nilai akhlaq dalam keluargameliputi kasih sayang dan tanggungjawab orang tua terhadap anak, dan silaturahmi dengan karib kerabat, (c) nilai akhlaq terhadap Allah swt meliputi bertaqwa, cinta, dan ridha, ikhlas, syukur, taubat, dan (d) nilai akhlaq bermasyarakat meliput bertau dan menerima tamu, dan pergaulan mudadi. (2- bentuk penyampaian nilai akhlaq dalam novel Ajari Aku Menuju Arsy’ Karya Wahyu Sujani disampaikan oleh pengarang secara langsung sebanyak 35 data dan secara tidak langsung 21 data. (3) fungsi nilai akhlaq merupakan perilaku baik dan positif yang terdapat dalam Ajari Aku Menuju Arsy’ Karya Wahyu Sujani antara lain fungsi nilai akhlaq positif istiqomah 8 dari 28 data, bertemu dan menerima tamu 2 dari 3 data, silaturahmi dengan kerabat 2 dari 3 data, dan syukur 8 dari 22 data.
                 Adapun perbedaan dan persamaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini sebagai berikut.
1.      Persamaan penelitian Resti Senja Purwana dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini  yaitu subjek penelitian sama-sama menggunakan novel Padang Bulan karya Andrea Hirata. Perbedaan penelitian Resti Senja Purwana dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian. Penelitian Resti Senja Purwana mengkaji Kepribadian Tokoh utama dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, sedangkan penelitian sekarang nilai-nilai akhlak tokoh utama dala novel Padang Bulan karya Andrea Hirata.
2.      Persamaan penelitian Eling Hidayati dengan penelitian yang dilakukan sekarnag ini terletak pada objek penelitian, sama-sama menggunakan nilai-nilai akhlaq dengan kajian pragmatik. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, yaitu novel Ajari Aku Menuju Arsy’ Karya Wahyu Sujani  dengan novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata.

B.     Kerangka  Teori
1.      Hakikat novel dalam karya sastra
Sastra (castra) dari bahasa sansekerta yang artinya tulisan atau bahasa yang indah; yakni hasil ciptaan bahasa indah, Gazali dalam (Pradopo, 2007: 32). Indah atau keindahan berhubungan erat dengan seni. Seseorang tidak dapat memahami atau menganalisis karya seni tanpa menunjuk kepada nilai, jika menyatakan suatu struktur sebagai sebuah karya seni seseorang itu sudah mempertimbangkan penilaian.
Karya sastra merupakan produk dari seni dan budaya yang menggunakan bahasa lisan maupun tulis. Penggunaan bahasa dalam sebuah karya sastra tentunya bahasa yang mudah dimengerti, sehingga dapat menimbulkan rasa penasaran terhadap pembaca untuk terus membaca hingga akhir cerita. Pembaca seolah-olah dapat melihat, merasakan, dan mendengar, sendiri peristiwa yang ada dalam karya sastra yaitu media untuk menyampaikan gagasan yang ada dalam batin pengarang (Semi, 1993: 13). Pengarang yang berhasil membawa pembaca untuk mengikuti dan menikmati sebuah karya sastra dikatakan sebuah karya seni yang bermutu.
Karya sastra sebagai karya seni perlu mendapat pertimbangan dalam hal mutu seninya, bermutu atau tidaknya sebagai sebagai karya seni (Pradopo, 2007: 2). Karya sastra pada dasarnya merupakan hasil penafsiran kehidupan yang dilakukan oleh sastrawan. Sastra merupakan hasil karya imajinatif yang diciptakan oleh manusia dengan nilai estetika atau keindahan. Seorang penulis bermaksud menyampaikan informasi, gagasan kepada pembaca melalui karya sastra. Informasi atau gagasan yang disampaikan biasanya berasal dari kehidupan pribadi atau yang di sekitar penulis. Karya sastra biasanya merupakan hasil dari sebuah proses pemikiran tentang suatu hal yang kemudian dituangkan dalam sebuah karya sastra.

2.      Pendekatan Pragmatik        
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan pada pembaca (Teeuw, 1984:50). Pembaca merupakan masyarakat umum atau sebagai penikmat sastra. Pembaca berhak untuk menilai suatu karya sastra, karena pragmatik menitikberatkan pada pembaca atau masyarakat.
Istilah pragmatik menunjuk pada efek komunikasi yang seringkali dirumuskan dalam istilah horatius: seniman bertugas untuk docere dan delectare, memberi ajaran dan kenikmatan; seringkali ditambah movere, menggerakan pembaca pada kegiatan yang bertanggungjawab: seni harus menggabungkan sifat utile dan dulce, bermanfaat dan manis. Pembaca kena, dipengaruhi, digerakkan untuk bertindak oleh karya seni yang baik (Teeuw, 1984: 51). Pendekatan terhadap sastra yang disebut pragmatik dan dalam sejarah kritik sastra sangat berpengaruh, tidak hanya dalam sastra dan teori sastra barat, tetapi dalam estetik yang luas maupun pendidikan.
Pragmatik sastra adalah cabang penelitian yang ke arah aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul, atas dasar ketidakpuasan terhadapat penelitian struktural murni yang memang karya sastra sebagai teks itu saja. Kajian strukural dianggap hanya mampu menjelaskan makna karya sastra dari aspek permukan saja. Maksudnya, kajian struktural sering melupakan aspek pembaca sebagai penerima makna atau pemberi makna. Karena itu, muncul penelitian pragmatik, yakni kajian sastra yang berorientasi pada kegunaan karya sastra bagi pembaca (Endraswara, 2006: 115).
Pragmatik sastra berwawasan bahwa karya sastra sebagai produk yang menawarkan pandangan, saran, harapan, dan langkah-langkah untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia idaman. Oleh karena itu karya sastra perlu diteliti tidak saja dari aspek retorik yang mengakibatkan pembaca tertarik, melainkan apa yang dilakukan pembaca setelah menikmati sastra.
Pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan dan perluasannya sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan, Manfaat tersebut diharapkan dapat memberikan sebuah perubahan terhadap masyarakat yang tentunya sangat bermanfaat baginya. Pendekatan pragmatik secara keseluruhan berfungsi untuk menopang teori resepsi, teori sastra yang kemungkinan pemahaman hakikat karya tanpa batas ( Ratna, 2009 72).
Pragmatik memiliki tujuan tertentu. Misalnya pendidikan, maka karya sastra yang bernilai pendidikan, tujuan kemajuan bangsa dan sebagainya (pradopo, 2007: 84). Tujuan itu dapat melingkupi beberapa aspek dalam masyarakat, sehingga pendekatan pragmatik selalu memiliki tujuan tertentu untuk memberikan suatu manfaat pada pembaca atau masyarakat.
Aspek pragmatik: seni bertugas untuk ikut serta dalam proses pembokaran masyarakat, lewat efeknya pada pembaca (Teeuw, 1984:52). Maksud dari pembongkaran masyarakat yaitu melakukan perbaikan ulang dari kehidupan masyarakat terdahulu dengan memberikan sebuah manfaat yang mengarah pada perubahan yang lebih baik, dan memberikan pandangan luas melalui efek-efek yang timbul setelah pembaca membaca karya sastra.
Pendekatan pragmatik menganut prinsip bahwa karya sastra yang baik adalah karya sastra yang dapat memberikan hiburan dan manfaat bagi pembaca. Dengan demikian, pendekatan ini menggabungkan unsur pelipur lara dan unsur didkatis. Abram (dalam Semi, 1993: 12), menyatakan pendekatan pragmatik menempatkan karya sastra sebagai sebuah produk seni yang bertujuan untuk mencapai efek-efek tertentu kepada pembaca, seperti efek kesenangan, efek estetika, dan pendidikan.
Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya (Ratna, 2009:72). Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, diantaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit maupun implisit.
Pendekatan pragmatik seperti yang sudah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pragmatik memusatkan perhatiannya pada masyarakat untuk memberikan ajaran, kenikmatan, dan manfaat melalui efek-efek atau gejala yang timbul setelah membaca sebuah karya sastra yang bernilai positif untuk kemajuan masyarakat secara umum.
3.      Pengertian Nilai Akhlak
a.       Pengertian nilai
Nilai adalah sesuatu hal yang sangat abstrak. Nilai tidak dapat ditangkap oleh panca indra. Sesuatu yang dapat dinilai yaitu objek yang mempunyai nilai atau tingkah laku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 783) nilai adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakekatnya seperti etika, nilai menunjuk sikap orang terhadap sesuatu yang baik. Dengan demikian nilai, merupakan kadar relasi terhadap sesuatu hal dengan orang tertentu.
Nilai dapat berkaitan dengan membentuk sistem, sehingga antara yang satu dengan yang lain menjadi koheren, serta dapat mempengaruhi manusia. Nilai juga mengacu pada sesuatu yang baik dan yang buruk yang dapat berguna bagi manusia dalam kehidupan.
b.      Pengertian Akhlak
Ilyas (2011: 2) menyatakan bahwa secara etimologis akhlaq (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangi, tingkah laku atau tabiat. sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. istilah akhlak berkaitan dengan istilah etika dan moral, yang ketiga istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing. Pada moral standarnya adat kebiasaan yang berlaku  dalam masyarakat, etika standarnya akal pikiran dan akhlak standarnya Alquran dan Sunnah. Sekalipun dalam pengertiannya antara ketiga istilah akhlak, moral, dan etika, dapat dibedakan namun dalam pembicaraan sehari-hari, bahkan dalam literatur keislaman, penggunaannya sering tumpang tindih.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai akhlak merupakan sebuah dorongan dalam diri seseorang tanpat ada faktor luar yang mempengaruhi, hal itu terjadi secara refleks atau spontan yang patuh pada Al-Quran dan as-sunah.
4.      Akhlak dalam karya sastra
Karya sastra senantiasa menawarkan pesan religius yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Pengarang berusaha memasukan nilai akhlak untuk menyampaikan pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan manusia. Nilai yang ditampilkan dalam karya sastra biasanya menanmpilkan sesuatu yang baik tetapi ada juga yang kurang baik. Dari hal itu pengarang ingin memberikan petunjuk, nilai akhlak, perbuatan susila dan budi pekerti.
Nilai akhlak yang diberikan pengarang tidak selalu diberikan secara langsung kepada pembaca. Pembaca berusaha mencari sendiri nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Untuk menemukan nilai akhlak dalam sebuah karya sastra lewat penafsiran dengan mempertimbangkan berbagai hal, misalnya dengan memperhatikan bagaimanakah hubungan tokoh dengan  dirinya sendiri, dengan manusia lain dan dengan Tuhan.
5.      Jenis-Jenis akhlak
Jenis-jenis akhlak dalam karya sastra sangat bervariasi dan tidak terbatas jumlahnya. Menurut (Ilyas, 2011: 6) akhlak ada enam, yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap Rasulullah saw, akhlak pribadi, akhlak dalam keluarga, akhlak bermasyarakat, dan akhlak bernegara. Akan tetapi penelitian ini mengambil tiga macam akhlak, yaitu sebagai berikut: (1) akhlak pribadi terwujud dalam sifat shidiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja’ah, tawadhu’, (2) akhlak bermasyarakat yaitu bertamu dan menerima tamu, hubungan baik dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, pergaulan mudai-mudi, ukhuwah islamiyah, (3) akhlak terhadap Allah meliputi takwa, cinta dan ridho, ikhlas, khauf dan raja’, tawakal, syukur, muraqabah, taubat. 

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR UNTUK MENUNJANG KEMAJUAN BLOG INI. TRIMAKASIH

 
Support : Creating Website | Pendidikan Budaya | Kuniawan Restu Pambudi
Copyright © 2013. PENDIDIKAN BUDAYA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Pendidikan Budaya
Proudly powered by Blogger