Akuisisi Bahasa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4HskzlhvUOFn9awBafR5AX_9qRPljwlYkcJHK0eIFQNFApAoYOReyagB_As1ANq3DoBUXJ-djUAzjtk8dCZnBns6zYJCgMLRFvEND2GzFXUtHgfU3vD9MTVn1cWHYREdR4BFh5Oipvw/s72-c/people.jpg
tiga sudut pandang |
1. Akuisisi bahasa (patedda)
a. Akuisisi bahasa
Penggunaan istilah akuisisi bahasa dirasakan lebih sederhana dank arena itu telah digunakan secara umum(lyons, 1981:252). Istilah bahasa yang dapat ditafsirkan sebagai akuisisi suatu bahasa digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa. Kecakapan berbahasa itu berkembang terus tahap demi tahap dan makin berdiferesi sesuai dengan perkembangan intelegensi dan latar belakang social-budaya yan membentuknya. Itu sebabnya kipsrsky (tarigan ,1985:243) mengatakan “pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjai dengan ucapan-ucapan orangtuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut”.akuisisi bahasa, kita mempelajari bahasa dilihat dari segi ontogeninya, yakni perkembangan bahasa setiap individu yang berbeda dari usaha mempelajari bahasa dari segi pilogeni.yakni perkembangan bahasa melalui tahap-tahapnyadalam sejarah(stork dan widdowson,1974:134). Campbell dan roger (lyons, ed., 1980:242)mengatakan bahwa “akuisisi bahasa adala proses dimana anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya”
1. Teori akuisisi bahasa
Dihubungkan dengan psikolinguistik, ada tiga teori akuisisi bahasa yang akan diuraikan pada bagian ini. Ketiga teori akuisisi bahasa itu, ialah teori behavioristik, teori nativistik, teori kognitif.
a. Teori behavioristik
Menurut pandangan kaum behavioristik atau kaum empiris atau kaum mekanis atau kaum antimentalistik, tidak ada struktur linguistic yang dibawa anak sejak lahir. ( brown 1980:18) berkata “anak lahir kedunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatatn, lingkunganylah yang akan membentuknya yang perlahan-lahan dikondisi oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Ada beberapa prinsip pokok yang membedakan pandangan kaum behavioris dengan pandagan lain, misalnya pandangan dalam psikologi untsur, psikologi piker, psikologi gestalt. Prinsip-prinsip pokok itu terletak pada 1. Objek psikologi bagi kaum behavioris adalah kelakuan atau tingkah laku, 2. Segala bentuk tingkah laku adalah susunan reflex, 3. Penghargaan diberikan kepada pengaruh pendidikan (silangen dkk., 1960:182) seperti kita ketahui teori teori belajar behavioris menjelaskan perubahan tingkah laku dengan menggunakan model stimulus (s) dan respon (R).dengan demikinan akuisisi bahasa dapat diterangkan berdasarkan konsep SR. kaum behavioris memusatkan perhatian pada pola tingkah laku berbahaa yang berdya guna untuk menghasilkan respons yang benar terhadap setiap stimulus.
b. Teori akuisisi bahasa yang mentalistik
Chomsky (1968) Berpendapat ahwa ujaran anak-anak dapat dipengaruhi oleh kaidah-kaidah yang mereka dengar. Chomsky juga berpendapat bahwa anak yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi bahasa. Kapasitas atau potensi bahasa ini akan turut menetukan struktur bahasa yang akan merekan gunakan. Bagi kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses akuisisi bahasan bukan karena hasil proses belajar, tetapi karena sejak anak lahir ia telah memiliki sejumlah kapasitas atau porensi bahasa yang akan berkembang ssuai dengan proses kematangan intelektualnya.telah dikatakan di atas bahwa anak yang lahir telah membawa sejumlah kapasitas atau potensi bahasa. Dalam hubungan ini kaum mentalis mengemukakakn alas an (i) semua manusia belajar bahasa tertentu, (ii)semua bahasa manusia sama-sama dapat dipelajari oleh manusia, (iii) semua bahasa manusia berbeda dalam aspek lahirnya, tetapi semua bahasa mempunyai cirri pembeda yang umum, (iv) cirri-ciri pebeda ini yang terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian potensi bawaan bahasa tersebut (stork dan widdowson., 1974: 135). Kaum mentalis mengemukakan proses akuisisi bahasa pertama. Menurut mereka akuisisi bahasa pertama pada tahap awal biasanya berupa kalimat kedua kata. Manifestasi bahasa kalimat dua kata seperti disebut tata bahasa pivot yang dalam tulisan tersebut dissebut dua kata.
c. Teori akuisisi bahasa yang kognitiftik
Pendekatan kognitif yang melahirkan teori kognitif dalam psikolinguistik ini memandang bahasa lebih mendalam lagi. Kalau penganut behavioris berpendapat bahwa hanyadata yang dapat diindera yang dapat diketahui, maka penganut teori kognitif beranggapan bahwa struktur serta proses lingustik yang abstrak mendasari produksi dan komprehensi ujaran. Teori kognitif menekankan hasil kerja mental, hasil pekerjaan yang nonbehavioris. Titik awak teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur di dalam bahasa yang ia dengar di sekelilingnya. Baik pemahaman maupun produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.penganut teori kognitif beranggapan bahwa ada prinsip yang mendasari organisasi linguistic yang digunakan oleh anak untuk menafsirkan serta mengoperasikan lingkungan linguistiknya.
b. Proses akuisisi bahasa
Telah ada keyakinan di antara sesame ahli psikolinguistik bahwa akuisisi bahasa bersifat dinamis, artinya bahwa akuisisi bahasa berlangsung dari tahap satu ke tahap yang lain(lowenthal, et-al, 1982:11)., didalam akusisi tahap perkembangan akuisisi ini terjadi, (i0 perubahan –perubahan, terutama yang berhubungan dengan struktur bahasa, (ii) perkembangan ini ditentukan oleh interaksi personal, berfungsinya syaraf secara baik, dan proses kognitif, (iii) bahwa dalam akuisisi terjadi proses pemilihan kata-kata dan struktur yang tidfak dianalisisis oleh anak, dan 9iv) bahwa teori yang digunakan bersifat umum.
2. Pemerolehan Bahasa: Beberapa Hipnotesis (abdul chaer)
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Namun banyak juga yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua , seperti nurhadi dan roekhan (1990). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Jadi, kemampuan linguistic terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan linguistic teridi dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan atau menerbitkan kalimatkalimat baru yang dalam linguistic trasformasi generative deisebut perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi. Sejalan dengan teori Chomsky (19957, 1965), kompetensi itu mencakup tiga buah kompetensi tata bahasa yaitu sintaksis, semanticdan , komponen fonologi. Sebelum ketiganya dibicarakan maka membicarakan beberapa teori atau hipotesisi yang berkaitan dengan masalah pemerolehan bahasa itu
a. Hipotesis nurani
Pemerolehan bahasaa, jelas yang diperoleh kanak-kanak adalah kompetensi dan performnasi bahsasa pertamanya itu. Kemudian karena tata bahasa itu terdiri dari komponen sintaksis, semantic, dan fonologi, dan setiap komponen itu berupa kaidah.. pertanyaan kita sekarang adalah alat apakah yang digunakan kanak-kanak untuk memperoleh kemampuan berbahasa? Menurut Chomsky adalah hipotesisis nurani. Hipotesis nirani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak(lenneberg, 1967, Chomsky, 1970) diantaranya hasil pengamatan itu adalah sebagai berikut ini.
1) semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya, asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya, dia tidak diasingkan dari kehidupan ibunya.
2) Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya baik anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
3) Kalimat=kalimat yang didengar kanak-kanak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit.
4) Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain, hanya manusia yang dapat berbahasa.
5) Proses pemerolehan bahasa kanak-kanak dimana pun sesuai dengan jadwal yang erat kaitanya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak.
6) Struktur bahasa sangat rumit, kompleks, dan bersifat univbersal. Namun, dapat dikuasaii kanak-kanak dalam waktu yang trelatif singkat. Yaitu dalam waktu antaratiga atau empat tahun saja.
Dari pengamatan diatas dapat disumpulkan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi oleh suatualat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat.. lalu karena suakr dibuktikan secaaraempiris, maka pandanagn ini mengajukan satu hipotesis yang disebut hipotesis nurani. Mengenai hipotesis nurani ini perlu dibedakan adanya dua macam hipotesisis nurani, yaitu hipotesiss nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme (simanjuntak, 1977). Hipotesis nurani bahasa merupakan satu asumsi yang mengatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oelh fitur-fitur nurani yang khusus dari organism manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme mengatakan bahwa proses emerolehan bahasa oleh manusia ditentukan perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dwengan pengalaman. Mengenai hipotesis nurani bahasa, Chomsky dan miller (19570 mengatakan adana alat khusus yangdimiliki setiap kanak-kanak sejak lahir untuk dapat berbahasa. Alat iktu namanya language acquisition device (LAD), yang berfungsi untuk memungkinkan seorang kanak-kanak memperoleh bahasa ibunya. Dalam perkembanganya yang terakhir pengkajian pemerolehan bahasa sudah lebih memperhatikan tiga buah unsure yang dulu kurang diperhatikan oleh LAD, yaitu (1)korpus ucapan, yang kini dianggap berfungsi lebih daripada menggiatkan LAD saja, (2) peranan semantic yang lebih daripada sintaksis, (3) peranan perkembangan kognisi yang sangat menentukan dalam proses pemerolehan bahasa. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa hipotesis nurani mekanisme lebih menairk perhatian beberapa ahli tertentu daripada hipotesis nurani bahasa, yang sebelumnya lebih diperhatikan sebagai pengklajian pemerolehan bahasa.
b. Hipotesis tabularasa
Secara harfiah berarti ‘kertas kosong’. Dalam arti belum ditulis apa-apa. Lalu hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini, menurut hipotesis tabularasa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistic yang dialami dan dialami oleh manusia itu. Menurut skinner (1957) berbicara merupakan satu respon operan yang dilazimkan untuk menjelaskan halmitu skinner memperkenalkan sekumpulan kategori respons bahasa yang hamper serupa fungsinya dengan ucapan, yaitu mands,tacs,echoics, textual, dan intra verbal operant.
c. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Dalam kognitifisme hipotesis kesemestaan kognitif yang diperkenalkan oleh piaget telah digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan porses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak. Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kogniti, nbahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.. menurut piaget (1955) ucapan holofrasis pertama selalu menyampaikan pola-pola yang pada umumnya mengac kepada kanak-kanak itu sendiri.
3. Memori, Pikiran, dan bahasa ( soenjono dardjowidjojo)
Pemerolehan pada bidang leksikon
Sebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain untuk berkomunikasi
a. Macam kata yang dikuasai
Macam kata yang dikuasai anak mengikuti prinsip sini dan kini.dengan demikian kata-kata apa yang akan diperoleh anak pada awal ujaranna ditentukan oleh lingkungannya.. dari macam kata yang ada, yakni kata utama dan kata fungsi, anak menguasai kata utama lebih mendahului. Karenea kata utama ada paling tidak tiga, yakni m nomina, vberba, dan adjektiva, maka pertanyaan yang muncul adalah mana dari ketoiga ini yang muncul lebih dahulu.
b. Cara anak menentukan makna
Dalam hal penentuan makna suatu kata, anak mengikuti prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang dinamakan overextension yang telah diterjemahkan menjadi penggelembung makna(dardjowidjojo. 200).diperkenalkan dengan suatu konsep baru, anak cenderung untuk mwnggambarkan salah satu fitur dari konsep itu, lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki fiture tersebut. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa penggelembungan dapat berdasarkan bentuk, ukuran, gerakan, bunyi, dan tekstur. Disamping overextension atau penggelebungan ini, anak juga memakai underextension yang telah diterjemahkan menjadi penciut makna.
c. Cara anak menguasai makna kata
anak tidak mengauasai makna kata secara sembarangan. Strategi lain adalah strategi cakupan objek pada strategi ini kata yang merujuk pada suatu objek merujuk pada objek itu secara keseluruhan, tidak hanya sebagian dari objke itu saja.. strategi ketiga adalah strategi peluasan (extendability), strategi ini mengasumsikan bahwa kata tidak hanya merujuk pada objek asliny saja tetapi juga pada objek-objek lain dalam kelompok yang sama.strategi keempat adalah cakupan kategori (categorical scope), strategi ini menyatakan bahwa kata dapat diperluas pemakauanya untuk objek yang termasuk dalam kategori dasar yang sama. strategi kelima adalah strategi “nama-baru-kategori tak-bernama”, anak yang mendengar kata, dan setelah dicari dalm leksikon mental dia ternyata kata ini tidak ada rujukannya maka kata itu akan dianggap kata baru dan maknanya ditempelkan [ada objek, perbuatan, atau atribut. strategi keenam adalah strategi konvensionalitas. anak berasumsi bahwa pembicara memakai kata-kata yang tidak terlaluy umum tetapi juga tidak terlalu khusus. strategi-strategi yang bersifat unibversal inimembantu anak dala emngausai makna kata.
d. Pemerolehan dalam bidang pragmatic
Pragmatic adalah studui tentang penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat yang sama(nino dan snow 1998:9; verschuere 199::1). Pragmatic merupakan bagian dari perilaku berbahasa maka penelitian mengenai pemerolehan bahasa bahasa perlu pula mengamati bagaimana anak mengembangkan kemampuan pragmatiknya
1) Pemerolehan niat komunikatoif
Semua ini ditentukan pada saat pra-vokalisasi dan sering dirujuk dengan istilah protodeklaratif dan prono-imperatif(nino dan snow 1996. 47). Seteklah perkembangan biologisnya memungkinkan anak mulai mewujudkan niat komunikatifnya dalam bentuk bunyi.
2) Pemerolehan kemampuan percakapan
Mengenai pengembangan kemampuan percakapan, anak juga secara bertaap menguasai aturan-aturan yang ada. Seperti dinyatakan sebelumnya, percakapan mempunyai struktur yang terdiri dari tiga komponen (1) pembukaan, (2) giliran, (3) penutup. Secara naluri anak akan tahu kapan pembukaan percakapan itu tadi.
e. Pengembangan piranti wacana
Pada anak wacana umumnya berbentuk percakapan antara anak dengan orang tua atau dengan anak lain. Percakanpan seperti ini dapat berjalan cukup lancer karena interlokutotr anak adalah orang-orang dekat yang umumnya memberikan dukungan kalimat-kalimat penyambung.
f. Waktu pemerolehan bahasa dimulai
g. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin(kent dan miolo 1996; 304) kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu masuk kejanin.
Perbandingan
Dari ketiga teori mengenai pemerolehan bahasa, teori menurut abdul chaer dan patedda hamper sama dan konsepnya juga hamper sama, sedang jika disbanding dengan soenjono dardjowidjojo sedikit berbeda dan mempunya konsep yang berbeda.
a. Akuisisi bahasa
Penggunaan istilah akuisisi bahasa dirasakan lebih sederhana dank arena itu telah digunakan secara umum(lyons, 1981:252). Istilah bahasa yang dapat ditafsirkan sebagai akuisisi suatu bahasa digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa. Kecakapan berbahasa itu berkembang terus tahap demi tahap dan makin berdiferesi sesuai dengan perkembangan intelegensi dan latar belakang social-budaya yan membentuknya. Itu sebabnya kipsrsky (tarigan ,1985:243) mengatakan “pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjai dengan ucapan-ucapan orangtuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut”.akuisisi bahasa, kita mempelajari bahasa dilihat dari segi ontogeninya, yakni perkembangan bahasa setiap individu yang berbeda dari usaha mempelajari bahasa dari segi pilogeni.yakni perkembangan bahasa melalui tahap-tahapnyadalam sejarah(stork dan widdowson,1974:134). Campbell dan roger (lyons, ed., 1980:242)mengatakan bahwa “akuisisi bahasa adala proses dimana anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya”
1. Teori akuisisi bahasa
Dihubungkan dengan psikolinguistik, ada tiga teori akuisisi bahasa yang akan diuraikan pada bagian ini. Ketiga teori akuisisi bahasa itu, ialah teori behavioristik, teori nativistik, teori kognitif.
a. Teori behavioristik
Menurut pandangan kaum behavioristik atau kaum empiris atau kaum mekanis atau kaum antimentalistik, tidak ada struktur linguistic yang dibawa anak sejak lahir. ( brown 1980:18) berkata “anak lahir kedunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatatn, lingkunganylah yang akan membentuknya yang perlahan-lahan dikondisi oleh lingkungan dan pengukuhan terhadap tingkah lakunya. Ada beberapa prinsip pokok yang membedakan pandangan kaum behavioris dengan pandagan lain, misalnya pandangan dalam psikologi untsur, psikologi piker, psikologi gestalt. Prinsip-prinsip pokok itu terletak pada 1. Objek psikologi bagi kaum behavioris adalah kelakuan atau tingkah laku, 2. Segala bentuk tingkah laku adalah susunan reflex, 3. Penghargaan diberikan kepada pengaruh pendidikan (silangen dkk., 1960:182) seperti kita ketahui teori teori belajar behavioris menjelaskan perubahan tingkah laku dengan menggunakan model stimulus (s) dan respon (R).dengan demikinan akuisisi bahasa dapat diterangkan berdasarkan konsep SR. kaum behavioris memusatkan perhatian pada pola tingkah laku berbahaa yang berdya guna untuk menghasilkan respons yang benar terhadap setiap stimulus.
b. Teori akuisisi bahasa yang mentalistik
Chomsky (1968) Berpendapat ahwa ujaran anak-anak dapat dipengaruhi oleh kaidah-kaidah yang mereka dengar. Chomsky juga berpendapat bahwa anak yang lahir ke dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi bahasa. Kapasitas atau potensi bahasa ini akan turut menetukan struktur bahasa yang akan merekan gunakan. Bagi kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses akuisisi bahasan bukan karena hasil proses belajar, tetapi karena sejak anak lahir ia telah memiliki sejumlah kapasitas atau porensi bahasa yang akan berkembang ssuai dengan proses kematangan intelektualnya.telah dikatakan di atas bahwa anak yang lahir telah membawa sejumlah kapasitas atau potensi bahasa. Dalam hubungan ini kaum mentalis mengemukakakn alas an (i) semua manusia belajar bahasa tertentu, (ii)semua bahasa manusia sama-sama dapat dipelajari oleh manusia, (iii) semua bahasa manusia berbeda dalam aspek lahirnya, tetapi semua bahasa mempunyai cirri pembeda yang umum, (iv) cirri-ciri pebeda ini yang terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian potensi bawaan bahasa tersebut (stork dan widdowson., 1974: 135). Kaum mentalis mengemukakan proses akuisisi bahasa pertama. Menurut mereka akuisisi bahasa pertama pada tahap awal biasanya berupa kalimat kedua kata. Manifestasi bahasa kalimat dua kata seperti disebut tata bahasa pivot yang dalam tulisan tersebut dissebut dua kata.
c. Teori akuisisi bahasa yang kognitiftik
Pendekatan kognitif yang melahirkan teori kognitif dalam psikolinguistik ini memandang bahasa lebih mendalam lagi. Kalau penganut behavioris berpendapat bahwa hanyadata yang dapat diindera yang dapat diketahui, maka penganut teori kognitif beranggapan bahwa struktur serta proses lingustik yang abstrak mendasari produksi dan komprehensi ujaran. Teori kognitif menekankan hasil kerja mental, hasil pekerjaan yang nonbehavioris. Titik awak teori kognitif adalah anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur di dalam bahasa yang ia dengar di sekelilingnya. Baik pemahaman maupun produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.penganut teori kognitif beranggapan bahwa ada prinsip yang mendasari organisasi linguistic yang digunakan oleh anak untuk menafsirkan serta mengoperasikan lingkungan linguistiknya.
b. Proses akuisisi bahasa
Telah ada keyakinan di antara sesame ahli psikolinguistik bahwa akuisisi bahasa bersifat dinamis, artinya bahwa akuisisi bahasa berlangsung dari tahap satu ke tahap yang lain(lowenthal, et-al, 1982:11)., didalam akusisi tahap perkembangan akuisisi ini terjadi, (i0 perubahan –perubahan, terutama yang berhubungan dengan struktur bahasa, (ii) perkembangan ini ditentukan oleh interaksi personal, berfungsinya syaraf secara baik, dan proses kognitif, (iii) bahwa dalam akuisisi terjadi proses pemilihan kata-kata dan struktur yang tidfak dianalisisis oleh anak, dan 9iv) bahwa teori yang digunakan bersifat umum.
2. Pemerolehan Bahasa: Beberapa Hipnotesis (abdul chaer)
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua. Namun banyak juga yang menggunakan istilah pemerolehan bahasa untuk bahasa kedua , seperti nurhadi dan roekhan (1990). Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Jadi, kemampuan linguistic terdiri dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan linguistic teridi dari kemampuan memahami dan kemampuan melahirkan atau menerbitkan kalimatkalimat baru yang dalam linguistic trasformasi generative deisebut perlakuan, atau pelaksanaan bahasa, atau performansi. Sejalan dengan teori Chomsky (19957, 1965), kompetensi itu mencakup tiga buah kompetensi tata bahasa yaitu sintaksis, semanticdan , komponen fonologi. Sebelum ketiganya dibicarakan maka membicarakan beberapa teori atau hipotesisi yang berkaitan dengan masalah pemerolehan bahasa itu
a. Hipotesis nurani
Pemerolehan bahasaa, jelas yang diperoleh kanak-kanak adalah kompetensi dan performnasi bahsasa pertamanya itu. Kemudian karena tata bahasa itu terdiri dari komponen sintaksis, semantic, dan fonologi, dan setiap komponen itu berupa kaidah.. pertanyaan kita sekarang adalah alat apakah yang digunakan kanak-kanak untuk memperoleh kemampuan berbahasa? Menurut Chomsky adalah hipotesisis nurani. Hipotesis nirani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak(lenneberg, 1967, Chomsky, 1970) diantaranya hasil pengamatan itu adalah sebagai berikut ini.
1) semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya, asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya, dia tidak diasingkan dari kehidupan ibunya.
2) Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya baik anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
3) Kalimat=kalimat yang didengar kanak-kanak seringkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit.
4) Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain, hanya manusia yang dapat berbahasa.
5) Proses pemerolehan bahasa kanak-kanak dimana pun sesuai dengan jadwal yang erat kaitanya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak.
6) Struktur bahasa sangat rumit, kompleks, dan bersifat univbersal. Namun, dapat dikuasaii kanak-kanak dalam waktu yang trelatif singkat. Yaitu dalam waktu antaratiga atau empat tahun saja.
Dari pengamatan diatas dapat disumpulkan bahwa manusia lahir dengan dilengkapi oleh suatualat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat.. lalu karena suakr dibuktikan secaaraempiris, maka pandanagn ini mengajukan satu hipotesis yang disebut hipotesis nurani. Mengenai hipotesis nurani ini perlu dibedakan adanya dua macam hipotesisis nurani, yaitu hipotesiss nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme (simanjuntak, 1977). Hipotesis nurani bahasa merupakan satu asumsi yang mengatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oelh fitur-fitur nurani yang khusus dari organism manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme mengatakan bahwa proses emerolehan bahasa oleh manusia ditentukan perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dwengan pengalaman. Mengenai hipotesis nurani bahasa, Chomsky dan miller (19570 mengatakan adana alat khusus yangdimiliki setiap kanak-kanak sejak lahir untuk dapat berbahasa. Alat iktu namanya language acquisition device (LAD), yang berfungsi untuk memungkinkan seorang kanak-kanak memperoleh bahasa ibunya. Dalam perkembanganya yang terakhir pengkajian pemerolehan bahasa sudah lebih memperhatikan tiga buah unsure yang dulu kurang diperhatikan oleh LAD, yaitu (1)korpus ucapan, yang kini dianggap berfungsi lebih daripada menggiatkan LAD saja, (2) peranan semantic yang lebih daripada sintaksis, (3) peranan perkembangan kognisi yang sangat menentukan dalam proses pemerolehan bahasa. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa hipotesis nurani mekanisme lebih menairk perhatian beberapa ahli tertentu daripada hipotesis nurani bahasa, yang sebelumnya lebih diperhatikan sebagai pengklajian pemerolehan bahasa.
b. Hipotesis tabularasa
Secara harfiah berarti ‘kertas kosong’. Dalam arti belum ditulis apa-apa. Lalu hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini, menurut hipotesis tabularasa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistic yang dialami dan dialami oleh manusia itu. Menurut skinner (1957) berbicara merupakan satu respon operan yang dilazimkan untuk menjelaskan halmitu skinner memperkenalkan sekumpulan kategori respons bahasa yang hamper serupa fungsinya dengan ucapan, yaitu mands,tacs,echoics, textual, dan intra verbal operant.
c. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Dalam kognitifisme hipotesis kesemestaan kognitif yang diperkenalkan oleh piaget telah digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan porses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak. Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kogniti, nbahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor.. menurut piaget (1955) ucapan holofrasis pertama selalu menyampaikan pola-pola yang pada umumnya mengac kepada kanak-kanak itu sendiri.
3. Memori, Pikiran, dan bahasa ( soenjono dardjowidjojo)
Pemerolehan pada bidang leksikon
Sebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain untuk berkomunikasi
a. Macam kata yang dikuasai
Macam kata yang dikuasai anak mengikuti prinsip sini dan kini.dengan demikian kata-kata apa yang akan diperoleh anak pada awal ujaranna ditentukan oleh lingkungannya.. dari macam kata yang ada, yakni kata utama dan kata fungsi, anak menguasai kata utama lebih mendahului. Karenea kata utama ada paling tidak tiga, yakni m nomina, vberba, dan adjektiva, maka pertanyaan yang muncul adalah mana dari ketoiga ini yang muncul lebih dahulu.
b. Cara anak menentukan makna
Dalam hal penentuan makna suatu kata, anak mengikuti prinsip-prinsip universal, salah satu diantaranya adalah yang dinamakan overextension yang telah diterjemahkan menjadi penggelembung makna(dardjowidjojo. 200).diperkenalkan dengan suatu konsep baru, anak cenderung untuk mwnggambarkan salah satu fitur dari konsep itu, lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki fiture tersebut. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa penggelembungan dapat berdasarkan bentuk, ukuran, gerakan, bunyi, dan tekstur. Disamping overextension atau penggelebungan ini, anak juga memakai underextension yang telah diterjemahkan menjadi penciut makna.
c. Cara anak menguasai makna kata
anak tidak mengauasai makna kata secara sembarangan. Strategi lain adalah strategi cakupan objek pada strategi ini kata yang merujuk pada suatu objek merujuk pada objek itu secara keseluruhan, tidak hanya sebagian dari objke itu saja.. strategi ketiga adalah strategi peluasan (extendability), strategi ini mengasumsikan bahwa kata tidak hanya merujuk pada objek asliny saja tetapi juga pada objek-objek lain dalam kelompok yang sama.strategi keempat adalah cakupan kategori (categorical scope), strategi ini menyatakan bahwa kata dapat diperluas pemakauanya untuk objek yang termasuk dalam kategori dasar yang sama. strategi kelima adalah strategi “nama-baru-kategori tak-bernama”, anak yang mendengar kata, dan setelah dicari dalm leksikon mental dia ternyata kata ini tidak ada rujukannya maka kata itu akan dianggap kata baru dan maknanya ditempelkan [ada objek, perbuatan, atau atribut. strategi keenam adalah strategi konvensionalitas. anak berasumsi bahwa pembicara memakai kata-kata yang tidak terlaluy umum tetapi juga tidak terlalu khusus. strategi-strategi yang bersifat unibversal inimembantu anak dala emngausai makna kata.
d. Pemerolehan dalam bidang pragmatic
Pragmatic adalah studui tentang penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat yang sama(nino dan snow 1998:9; verschuere 199::1). Pragmatic merupakan bagian dari perilaku berbahasa maka penelitian mengenai pemerolehan bahasa bahasa perlu pula mengamati bagaimana anak mengembangkan kemampuan pragmatiknya
1) Pemerolehan niat komunikatoif
Semua ini ditentukan pada saat pra-vokalisasi dan sering dirujuk dengan istilah protodeklaratif dan prono-imperatif(nino dan snow 1996. 47). Seteklah perkembangan biologisnya memungkinkan anak mulai mewujudkan niat komunikatifnya dalam bentuk bunyi.
2) Pemerolehan kemampuan percakapan
Mengenai pengembangan kemampuan percakapan, anak juga secara bertaap menguasai aturan-aturan yang ada. Seperti dinyatakan sebelumnya, percakapan mempunyai struktur yang terdiri dari tiga komponen (1) pembukaan, (2) giliran, (3) penutup. Secara naluri anak akan tahu kapan pembukaan percakapan itu tadi.
e. Pengembangan piranti wacana
Pada anak wacana umumnya berbentuk percakapan antara anak dengan orang tua atau dengan anak lain. Percakanpan seperti ini dapat berjalan cukup lancer karena interlokutotr anak adalah orang-orang dekat yang umumnya memberikan dukungan kalimat-kalimat penyambung.
f. Waktu pemerolehan bahasa dimulai
g. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin(kent dan miolo 1996; 304) kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu masuk kejanin.
Perbandingan
Dari ketiga teori mengenai pemerolehan bahasa, teori menurut abdul chaer dan patedda hamper sama dan konsepnya juga hamper sama, sedang jika disbanding dengan soenjono dardjowidjojo sedikit berbeda dan mempunya konsep yang berbeda.
Posting Komentar
SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR UNTUK MENUNJANG KEMAJUAN BLOG INI. TRIMAKASIH