GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU “SEBELUM CAHAYA” GRUP BAND LETTO DAN PEMANFAATANYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA N 1 SLEMAN
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2itTclOG9ErYTTn2AfrbhwKd-bz8X5bdf_mhptClQ10sXIj6Iq_0G9QsqaB9Vj_Xb0H3iAXbZ3OS0Yz_XLnIdgLF9yTfGc6rNRCF1_vX0TBjPOdMNcqzGlo82ygYBCISLUlcXVIXqmQ/s72-c/letto.png
Disusun Sebagai Tugas Akhir
Matakuliah Menulis Karya Ilmiah
Disusun
oleh
Kurniawan restu P.
09003306
H
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2012
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hakikat Sastra pada dasarnya adalah segala apa yang
ditulis dalam peradaban atau kebudayaan suatu bangsa. Sastra tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia dan bangsa. Sastra selalu merekam kehidupan
manusia. Sastra merangsang hati dan perasaan kita terhadap kemanusiaan,
kehidupan dan alam sekitar. Kehidupan merupakan jantung sastra. Sastra
menjadikan hati kita memahami dan menghayati kehidupan. Sastra bukan merumuskan
dan mengabstrakan kehidupan tetapi menampilkan dan mengkongkritkanya. Interaksi
budaya yang terjadi di suatu negeri tidak terlepas kajian sastra.“Apabila karya
sastra dianggap tidak berguna, tidak bermanfaat lagi untuk menafsirkan dan
memahami masalah-masalah dunia nyata, maka tentu saja pengajaran sastra tidak
ada gunanya lagi diadakan. Namun jika dapat ditunjukan bahwa sastra itu
mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka pengajaran sastra harus
dipandang sebagai sesuatu yang penting yang patut menduduki tempat selayaknya”
(Rahamanto, 1988:15)
gaya bahasa
(keraf, 1994: 113) adalah cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pengarang. Stile pada hakekatnya
merupakan teknik yakni teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat
mewakili sesuatu yang akan disampaikanatau diungkapkan. Stilistika berasal dari
Bahasa Inggris yaitu “Style” yang berarti gaya dan dari bahasa serapan
“linguistic” yang berarti tata bahasa. Dalam konteks yang lebih luas, bahkan
Jakobson dalam Amminuddin (1995::21) beranggapan bahwa poetics (puitika)
sebagai teori tentang system dan kaidah teks sastra sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Linguistic. Stilistika adalah mana lain dari istilah “gaya
bahasa”. Lebih khusus lagi, gaya bahasa yang dimaksud adalah penggunaan bahasa
dalam karya sastra. Pengertian ini dipertentangkan dengan penggunaan bahasa
biasa diluar karya sastra. Penggunaan bahasa diluar karya sastra (Atmazaki,
1990:93)dikenal dengan antara lain: gaya bahasa Koran, gaya bahasa formal, gaya
bahasa keilmuan, gaya bahasa pejabat, gaya bahasa humor, gaya bahasa
percakapan. Dari hal tersebut,penelitian berusaha menganalisis lagu dari group
band letto tentang gaya bahasa yang digunakan dalam lagu-lagu letto yang syarat
akan gaya bahasa indah pada lagu-lagu dari letto,menarik untuk dianalisis dan
dijadikan pembelajaran dalam pendindidikan terutama sastra. Karena gaya bahasa
merupakan bahasa yang digunakan untuk memper indah suatu kalimat yang
menyampaikan tentang sebuah amanat. Pada lirik lagu letto hamper seperti puisi
atau bahkan itu sebuah puisi yang dibuat lagu. Secara etimologis istilah puisi
berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk,
pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun,
menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata
tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut
syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan
(Sitomorang, 1980:10). Dari beberapa hal yang telah disebut diatas, maka penelitian ini untuk
menganalisis gaya bahasa ytang terdapat pada lagu=lagu group band Letto yang
banyak terdapat bahasa kias seperti puisi, dari analisis yang akan dibuat ini
juga bertujuan sebagai pembelajaran sastra di SMA dalam penggunaan gaya bahasa.
B.
Identifikasi
Masalah
1. Wujud
gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum
cahaya” grup band Letto
2. Jenis gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
3. Fungsi gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
4. Peran gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto.
5. Pemanfaatan gaya bahasa yang terdapat pada lagu “sebelum cahaya” grup band Letto sebagai
pengajaran sastra di SMA N 1 SLEMAN.
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja jenis gaya bahasa yang terdapat
pada lagu “sebelum cahaya” grup band
Letto?
2. Apa
fungsi gaya bahasa yang terdapat pada
lagu “sebelum cahaya” grup band Letto?
3. Bagaimana
pemanfaatan gaya bahasa yang terdapat
pada lagu “sebelum cahaya” grup band
Letto sebagai pengajaran sastra di SMA N 1 SLEMAN?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian merupakan arah, sasaran, maksud, atau hasil yang ingin dicapai dalam
penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah:
1.
Mengetahui gambaran dan kejelasan dari
gaya bahasa yang dipakai dalam lirik . lagu “sebelum
cahaya” grup band Letto.
2.
Mengetahui hasil analisis penggunaan
gaya bahasa pada lirik lagu”sebelum .
cahaya group band Letto.
3.
Mengetahui sejauh mana hasil analisis
gaya bahasa pada lirik lagu”sebelum
cahaya” grup band Letto bermanfaat
pada Proses pembelajaran sastra di SMA N 1 SLEMAN.
E.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
hasil dari penelitian ini di harapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara
teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Secara teoritis diharapkan dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan pembelajaran penggunaan gaya
bahasa yang lebih kreatif dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai
perkembangan dunia sastra Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran
apresiasi sastra.
2. Secara Praktis
Secara
praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada:
a. Siswa
Memperoleh pembelajaran
penggunaan gaya bahasa terhadap lirik lagu, serta dapat meningkatkan apresiasi
siswa terhadap karya-karya sastra termasuk lagu.
b. Guru
Khususnya Guru Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai informasi pentingnya menerapkan
penggunaan gaya bahasa yang bisa diterapkan pada bidang apa saja termasuk lagu,
dan upaya peningkatan kreativitas siswa dalam penggunaan gaya bahasa.
d. Penyusun
Memberikan pengalaman
berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan Skripsi, sehingga dapat
menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang pendidikan
khususnya bahasa dan sastra Indonesia.
Kajian Pustaka
A.
Hakikat
Stilistika
Pembicaraan mengenai stilistika
berhubungan erat dengan istilah gaya bahasa atau style. Menurut Ratna (2009 :
3) stilistika adalah ilmu tetang gaya, sedangkan style adalah cara-cara khas,
bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang
dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal.
Stilistika
menyarankan pada pengertian studi tentang sile, yaitu kajian terhadapa wujud
performansi kebahasaan yang terdapa di dalam karya sastra. Kajian ini
dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang pada umumnya dalam dunia
kesusastraan untuk menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistic
dan maknanya(Nurgiyantoro,2007:279).
Pengkajian retorika bertujuan untuk
mengetahui penggunaan semua unsure bahasa yang digunakan pengarang untuk mencapain
nilai estetika. Pengkaijian sastra retorika merupakan pengkajian yang komplek
karena didasarkan pada kemampuan pengaran yang mendayagunakan semua unsdur
bahasa terutama nilai keindahannya.
B.
Hakikat
Puisi
Puisi berasal dari bahasa yunani poiesis, artinya
penciptaan. Dalam bahasa oinggris kata puisi adalah Poetry yang erat hubungannya dengan poet dan kata poem. Kata poet
dalam bahasa yunani berarti orang yang menciptakan melalui
imajinasinya(tarigan, 198: 55). Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan
pernyataan yang paling inti. Segala unsure seni kesusastraan mengentakl dalam
puisi. Puisi adalah salah satu karya sastra yang merupakan ungkapan perasaan
jiwa manusia (kinayati, 2001: 75). Pada dasarnya keutuhan pengertian tidak
lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaitu karangan atau tulisdan
yang indah mempunyai makna tertentu dan
mempunyai nilai estetis.
Hakikat puisi bukan terletak pada bentuk formalnya
meskipun bentuk formal itu penting. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi
itu disebut puisi. Puisi baru tidak terikat pada bentuk formal, tetapi juga
disebut puisi. Hal ini disebabkan
didalama puisi modern terkandung hakikat puisi, yang tidak berupa sajak,
humlah baris, ataupun jumlah kata tiap barisnya(Pradopo, 2005: 315)
Puisi sebagai salah satu bentuk karya seni sastra
dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan
unsure-unsurnya, mengingat puisi itu adalah struktur yang tersusun dari
bermacam-macam unsure dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula dikaji
jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengoingat bahwa ada beragam-ragam puisi.
Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudt kesejarahannya, bahwa sepanjang
sejarahnya, sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Hali ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan
antara konvensi dan
pembaharuan(teeuw:1980: 12). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi
selera dan perubahan konsep estetikanya(riffaterre dalam pradopo, 2005).
C.
Bahasa
kiasan dan Citraan
Menurut Jabrohim (2003:11) bahasa puisi bersifat
ekspresif, asosiatif, dan magis. Ekpresif maksudnya setiap bunyi yang dipilih,
setiap kata yang dipilih, dan setiap metaphor yang dipergunakan haru sberfungsi
bagi kepentingan ekspresif maupun penjelas gambaran dan mampu menimbulkan
kesdan yang kuat. Sugestif maksudnya bersifat menyarankan dan mempengaruhi
pembaca secara menyenangkan dan tidak secara memaksa. Asosiatif maksudnya mampu
membangkitkan pikiran dan perasaan yang
merembet tetapi masih berkisar di seputar makna konvensionalnya atau makna
konotatifnya yang sudah lazim. Bersifat magis maksudnya bahwa puisi seolah-olah
mempunyai kekuatan di dalamnya.
1.
Bahasa
Kiasan
Bahasakiasan adalah teknik pengungkapan bahasa yang
maknanya telah merujuk secara langsung terhadap objek yang dituju. Bahasa
kiasan cenderung lebih menampilkan makna tersirat sehingga menangkap pesan yang
dilakukan melalui penafsiran terlebih dahulu. Penggunaan bentuk-bentuk bahasa
kiasan dalam kesastraan dengan demikian merupakan salah satu penyimpangan
kebahasaan, yaitu penyimpangan makna( Nurgiyantoro, 2007: 296).
Untuk mendapatkan kepuitisan sebuah
karya sastra yang berupa puisi, maka unsure kepuitisannya terletak pada bahasa
kiasan. Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian,
menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Ada berbagai gaya pemajasan yang sering muncul. Berikut ini akan
dijelaskan jenis-jenis bahasa kiasan tersebut.
a. Hiperbola
merupakan suatu cara untuk menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
b. Iuendo
merupakan suatu cara menyindir dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya,
atau dengan kata lain menyindir dengan cara yang tidak langsung..
c. Ironi
merupakan suatu cara mnyindir denganmengatakan yang sebaliknya.
d. Klimaks
merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu, idé atau keadaan dengan mengurutkan
dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
e. Litotes
merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan maksud merendahkan diri. Karena itu
sesuatu atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai keadaan sebenarnya.
f. Metafora
merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan sesuatu dengan membandingkanya
dengan sesuatu yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan pendengar atau
pembaca akan lebih dapat menangkap maksud yang diharapkan penulis karena benda
yang dijadikan perbandingan tersebut sudah diketahui benar baik wujud ataupun
sifastnya oleh pendengar/ pembacanya. Metafora biasa juga disebut perbandingan.
g. Metonimia
merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu maksud dengan menggantikan dengan
sifat, atau nama, atau sesuatu yang merupakan cirri khas dari benda-benda
tersebut.
h. Paradox
merupakan suatu cara mengintensifkan maksud dengan mengemukan dua hal yang
bertentangan .sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk akan, tetapi
dibalkik pertentangan itulah terletak intensitas makn a yang diharapkan.
i.
Pararelisme merupakan suatu cara
berbahasa denga menjajarkan beberapa kata atau frase yang mempunyai makna sama
atau hmpir sama.denga cara demikian dihaarapkan maksud yang terkandung di
dalamnya menjadi semakin jelas.
j.
Personifikasi biasa disebut juga
pengorangan, merupakan suatu cara memperjelas maksud dengan menjadikan
benda-benda yang digambarkan tersebut seperti manusia. Atau dengan kata lain
suatu cara berbahasa dengan menghidupkan benda-benda mati denagn memberinya
sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh manusia.
k. Repetisi
atau pengulangan merupakan suatu cara memperkuat makna atau maksud dengan
mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya terdsebut.
l.
Sinekdose, merupakan suatu cara
menyatakan sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagianya saja, atu sebaliknya.
Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte (menyatakan sebagian untuk
keseluruhan) dan pars pro toto (menyebutkan keseluruhan tapi yang dimaksudkan
sebagian saja).
2. Citraan
Citraan ini adalah gambar-gambar
dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedang setiap gambar pikiran
disebut citra atau imaji(Pradopo, 2007:79). Penggunaan citraan dalam karya
sastra dimaksudkan untuk mengkongkretkan pengungkana gagasan yang sebenarnya
abstrak. Kata=kata atau ungkapan yang digunakan diharapkan dapat membangkitkan
imajinasi pembaca. Pembaca seolah-olah mengalami peristiwa di dalam cerita.
Citraan dapat menolong pembaca untuk merasakan pengfalaman pengarang terhadapa
objek atau situasi yang dialaminya seakan=akan sedekat dengan kehidupan
sendiri. Berikut ini jenis-jenis citraan tersebut.
a. Citraan
penglihatan (visual
imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera
penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan
penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal
yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
b. Citraan
pendengaran (auditory
imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan
atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi,
tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan
dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
c. Citraan
perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba
(kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat
menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut,
kasar, dan sebagainya.
d. Citraan
penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau
gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita
membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
e. Citraan
pengecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran
yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu
yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat.
f. Citraan
gerak (kinaesthetic
imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat
bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
D. Penelitian
yang Relevan
Penelitian terdahulu yang pernah
diteliti sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh fitriani pada tahun
2006, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan dengan judul penelitian “gaya bahasa
pada lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals” Dalam penelitian ini terdapat
beberapa masalah yaitu (1)penggunaan majas dalam pembuatan lirik lagu (2)
frekuensi penggunaan majas dan citraan pada lirik lagu iwan fals.
Metode penelitian dalam penelitian
ini terdiri dari (1) subjek dalam penelitian ini adalah penggunaan gaya bahasa
pada lagu Iwan Fals; (2) metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
mendengarkan, baca, dan catat. Berdasarkan
penelitian tersebut, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut penggunaan
majas hiperbola (15,5%), majas ironi(25,4), majas metafora(16,5%), majas
metonimia (14%), citraan penglihatan (12%), citraan pendengaran (7,6%).
Dalam
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat persamaan dan perbedaan,
persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas terletak pada subjek
penelitian yaitu Gaya bahasa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Fitriani terletak pada objek penelitian. Objek penelitian Fitriani yaitu
penggunaan majas dan citraan pada lagu iwan fals sedangkan penelitian ini pada struktur
gaya bahasa pada lagu grup Band Letto.
BAB III
Metode Penelitian
A.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi merupakan suatu kumpulan yang anggota-anggotanya berwujud orang,
kejadian, atau benda(arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah
lirik lagu yang berjudul “sebelum cahaya” dalam album band letto.
B.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti(arikunto, 2006:131). Dengan kata lain sampel merupakan anggota-anggota
dari populasi. Tujuan pengambilan sampel adalah memperoleh keterangan mengenai
objek dengan jalan hanya mengamati sebagian saja dari populasi. Pengambilan
sampel berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan jenis purposive sampel, yaitu sampel yang dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukjan didasarkan atas srata, random, atau daerah.
Tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel berdasarkan
jenis ini harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
1. Pengambilan
sampel harus didasarkan atas cirri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan cirri-ciri pokok populasi.
2. Subjek
yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak
mengandung cirri-ciri yang terdapat pada populasi
3. Penentuan
karakteristik populasi dilakukan cermat
di dalam studi pendahuluan.
Keuntungan pengambilan sampel menggunakan teknik ini
yaitu terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan
variable yang diteliti_arikunto, 2006:140).
Adapun sampel yang diambil adalah
lirik lagu yang mengandung cirri-ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Diantaranya yaitu:
a. Lirik
lagu banyak menggunakan bahasa kiasaan
b. Lirik
lagu mengandung gaya bahasa yang berkaraktek
c. Lirik
lagu mirip seperti puisi yang kaya akan gaya bahasa
Dari
beberapa lirik lagu dari grup band letto dapat di temukan satu judul lagu yang
berjudul “sebelum cahaya” .
C.
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adlah cara-cara yang
ditemnpuh untuk memperoleh data, metode pengumpulan data pada hakikatnya disesuaikan engan jenis
penelitian yang akan dilaksanakan(arikunto, 2006:149). Metode yang dipakai
dalam penelitian ini adalah, metode mendengarkan, baca, dan catat.
Metode mendengarkan, baca dan catat merupakan metode
yang digunakan untuk memperoleh data dengan jalan mendengarkan lagu, membaca
teks lagu lalu mencatatnya.
D.
Instrumen
Penelitian
Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
sesuatu metode(arikunto, 2006:149). Istrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kartu data. Kartu data ini dilengkapi dengan kode atau
kategori penanda bahasa kiasaan dan citraan.
E.
Metode
Analisis Data
Metode analisis datra teapt digunakan dalam
penelitian ini metode deskriptif, yaitu teknik yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data-data kualitatif yang diperoleh melalui
suatu studi deskriptif. Pada umumnya penelitian deskriptif kualitatif merupakan
penelitian non hipotesis, sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
meryumuskan hipotesis(Moleong, 2007:248).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis adalah
sebagai berikut.
1. Mengumpulkan
data yang sesuai.
2. Mengklasifikasi
data sesuai dengan kebutuhan.
3. Menganalisis
data dengan ori atau konsep bahasa kiasan dan pencitraan.
4. Mengunmpulkan
hasil analisis menjadi hasil penelitian.
5. Memahami
sesuai koteks.
Posting Komentar
SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR UNTUK MENUNJANG KEMAJUAN BLOG INI. TRIMAKASIH